
Ia Bernama Luka
Perkenalkan, namanya Luka.
Seorang anak kecil yang hidup dalam tubuh orang dewasa.
Memilih tak tumbuh dan terjebak dalam masa kecil yang penuh trauma.
Bagaimana aku tahu?
Sebab ia kerap datang menjumpaiku dalam gelap, terang atau irisan waktu lainnya.
Ia menawarkan telinganya untuk menampung semua suara yang selama ini bersarang di kepala.
Ia memberikan hatinya untuk hatiku yang kopong sebab terlalu banyak menyimpan omong kosong
Ia menerima tanpa banyak bertanya
Sejak saat itu, ia menjadi teman yang paling militan.
Sebagai imbalan, aku harus berbagi rasa sakit miliknya.
Sekeping saja, katanya.
Lalu pada waktu yang kami sepakati, ia menyajikan kepingan itu sembari memutar ulang ingatan-ingatan yang ia rekam dalam memorinya.
Layaknya seorang teman, kami menonton bersama.
Tak ada satu scene pun yang terlewat dari mata kami.
Kami sempat berjeda,
Saling berebut napas karena terasa sesak sekali dada
Saling mengusap air mata karena basah sekali muka
Saling tatap, benarkah ini sebuah cerita drama? Siapa lakon utamanya? Mengapa lebih banyak luka, luka, dan duka dibandingkan suka?
Tak ada jawaban,
Lalu kami memutuskan untuk saling mengikat
Aku ataupun dia tak ada yang menghilang
Kami akan tinggal di tubuh yang sama
Saling memeluk rasa sakit yang sama
Tetapi kami tetap berupaya untuk bahagia
Surabaya – 28/07/2023

