Gangguan Menstruasi, Jangan Anggap Remeh! Pengalaman Pemeriksaan Lengkap ke Dokter Spesialis Kandungan & Fertilitas (SpOG. KFER)
Pengalaman reproduksi perempuan jauh lebih kompleks dari yang terlihat di permukaan saja. Sebut saja salah satu yang paling sering dirasakan perempuan di setiap bulannya, Menstruasi. Menstruasi tidak sesederhana: keluar darah dari vagina lalu tidak bisa melakukan aktivitas keagaaman yang wajib. Pada beberapa kasus, perempuan kerap kali mengalami PMS atau sindrom pra-menstruasi yang ditandai dengan gejala fisik dan emosional. Pada saat menstruasi pun, kram perut dan nyeri di area vagina juga mengikutinya. Bahkan adapula yang mengalami gangguan menstruasi.
Umumnya durasi siklus menstruasi terjadi rata-rata setiap 28 hari dengan lama sekitar 4 hingga 6 hari. Siklus ini berbeda antara satu perempuan dengan perempuan lainnya. Tak jarang durasi menstruasi lebih panjang dan terlambat dengan keluhan perut kram berat. Biasanya nih, gejala seperti ini mengindikasikan kalau ada gangguan menstruasi. Seperti yang pernah aku alami semasa belum menikah. Tolong jangan dianggap remeh ya!
Sebelum menikah, aku sering banget mengalami gangguan menstruasi. Mulai dari siklusnya yang tak tentu, terkadang 1 atau dua bulan sekali datang, hingga nyeri dan kram perut yang ga tertahankan. Pada awalnya masih menganggap wajar, hingga tahun-tahun berikutnya tidak ada perubahan sama sekali. Siklusnya makin ga jelas. Hal pertama yang aku lakukan, konsultasi langsung ke Bidan dekat rumah. Skrining awal tentu saja ditanya apakah sudah menikah, pernah berhubungan intim, dsbnya. Aku jelasin faktanya dan bidan hanya mendiagnosanya sebagai gangguan menstruasi biasa. Faktornya bisa karena telalu kecapean, stres dan kurang pola hidup sehat.
Khawatir Kista dan PCOS
Setelah pemeriksaan itu, menstruasiku sempat normal sebelum akhirnya mulai kacau lagi. Bahkan aku pernah mens tiga bulan sekali. Pernah dibercandain temen kalau aku hamil, tapi tentu saja itu hanya omong kosong belaka. Aku mulai mencari-cari artikel yang terkait dengan gangguan menstruasi. Cirinya seperti apa, jenisnya apa saja, dan dampak buruknya apa. Banyak sekali sumber referensi soal gangguan menstruasi ini. Aku sempat ketar-ketir, khawatir ada kista atau kena PCOS (polycystic ovary syndrome). Mengingat riwayat menstruasiku yang di luar kewajaran.
Tetapi yang pasti dan harus ku lakukan adalah melakukan pemeriksaan langsung ke ahlinya. Bukan mendiagnosa sendiri. Sempat takut, bagaimana dengan hasil diagnosanya nanti? Padahal itu kan tujuan sebenarnya melakukan pemeriksaan, deteksi sedini mungkin agar cepat tertangani.
Pemeriksaan ke Dokter Spesialis Kandungan & Fertilitas (SpOG. KFER)
Kala itu aku masih jadi anak rantau di Jakarta. Mau tidak mau ya pergi ke dokter sendiri. Setelah baca-baca rekomendasi, aku datang ke salah satu dokter kandungan sub spesialis fertilitas (spOG.KEFR) di daerah Jakarta Barat. Kliniknya tidak terlalu besar, tetapi cukup banyak pasien yang datang. Sempat ragu karena saat mendaftar aku melihat pasien lainnya didampingi oleh pasangannya. Ya, kebanyakan pasien itu ibu-ibu hamil. Hanya aku yang datang seorang dan terlihat kebingungan.
Saat mendaftar, aku mengisi data lengkap dan riwayat kesehatanku. Di cek tensi, tinggi badan, berat badan dan memaparkan keluhan pada perawat. Lalu menunggu antrian kurang lebih satu jam, dengan perasaan campur aduk. Takut menghadapi dokter dan diagnosanya nanti sekaligus rasa kurang nyaman berada di ruang tunggu bersama ibu-ibu hamil dan pasangannya.
Saat dipanggil dan mulai konsultasi, dokter banyak bertanya tentang riyawat kesehatan, dan pengalaman seksualku. Semisal, apakah sudah menikah, pernah berhubungan intim? Karena aku sempat akan dicek di bagian kelamin menggunakan USG Transvaginal tapi urung saat aku bilang belum menikah dan belum pernah pernah berhubungan intim. Akhirnya dokter menggunakan teknik USG eksternal/perut untuk melihat kondisi rahimku. Alhamdullilah, dari pemeriksaan USG, tidak ditemukan kelainan atau kista di rahimku. Kata dokter rahimku sehat. Diagnosanya aku mengalami gangguan hormon dan pengobatannya dengan terapi obat khusus. Tetapi sebelum itu aku diminta untuk cek darah di lab, untuk lebih meyakinkan. Aku juga diminta untuk mulai olahraga, mengurangi stress, tidur teratur dan makan untuk memperbaiki gangguan hormon.
Memang sih, pasca berobat itu, aku coba praktekin dan menstruasiku kembali normal. Intinya, tubuh kita tuh tau cara terbaik untuk menyembuhkan diri. Aku saja yang merasa terlalu sibuk dengan pekerjaan dan hobi, mudah stres dan suka begadang. Jadi hal sepele yang sebenarnya penting itu sangat berpengaruh sama tubuh. Sebelum terlambat dan jadi mahal biaya berobatnya, lebih baik mulai sadar diri. Jangan menunda-nunda untuk cek dan melakukan yang terbaik untuk tubuhmu.
Kalau kamu tipikal yang ragu-ragu dan takut kayak aku, sebaiknya ceritakan masalahmu pada orang terdekat. Jadi kamu bisa didampingi ketika akan melakukan pemeriksaan.