malam seribu jahanam
Novel/lainnya,  Rak Buku

Malam Seribu Jahanam: Kisah Tiga Dara dan Segala Kerumitannya

Demi jannah (surga) ia ciptakan jahanam. Kesalehan pribadi atau kesalehan sosial yang akan menyelamatkanmu dari jahannam? Premis yang kupahami demi kesalehan pribadi, mengorbankan dan pengabaian pada orang lain adalah cara manusia kiwari menyelamatkan dirinya. Malam Seribu Jahanam, novel ke dua Intan Paramaditha yang kubaca setelah Sihir Perempuan.

Ku kira rangkaian ceritanya sederhana, hanya konflik tentang tiga dara. Namun, hati-hati dengan prasangkamu tentang buku ini karena akan terkecoh dan banyak sekali kejutan yang bakal membuatmu berpikir, ini novel apa sih sebenarnya? Kenapa banyak sekali mengutip ayat Al Quran dan kisah nabi?

Hajjah Victoria, sang nenek meramalkan ke tiga cucunya: Si anak sulung menjadi Penjaga, anak tengah menjadi Pengelana, dan anak bungsu menjadi Pengantin. Alur cerita maju-mundur, sewaktu-waktu kita menikmati bagaimana kehidupan si sulung yang teramat monoton, si tengah yang berkelana tanpa tahu tujuan dan si bungsu yang bak seorang putri. Lalu dibawa ke masa lalu, di Rumah Victoria. Tempat di mana dosa-dosa bermula. Persekongkolan di sisi sumur terlarang, manusia harimau, kuntilanak.

Pembaca dapat memilih tokoh mana yang paling mewakili dirinya dan pada siapa harus bersimpati? Pada Mutiara yang merasa terperangkap sebagai anak pertama dan ledakan di kepalanya. Pada Maya yang merasa terbebaskan tetapi terombang ambing dengan pengelanaannya. Atau pada Annisa yang paling banyak mendapat cinta saat hidup juga kebencian saat kematiannya.

malam seribu jahanam

Pada pertengahan cerita, aku dikejutkan oleh sosok Rohadi, anak pembatu yang berproses menjadi sang bujangdara. Ketika kisah tiga dara dimulai di Rumah Victoria, Rohadi diceritakan secara tidak kasat mata. Bahkan awalnya aku berpikir dia itu hantu yang menghuni rumah victoria. Nyatanya dialah sang revolusioner dan menjadi kunci dari seluruh cerita/dongeng dalam buku ini. Kisahnya tak kalah menarik dari para dara. Ah, Rosalinda!

Jalinan cerita teramat kompleks namun teramat rapi meski pembaca dibawa ke masa lalu, masa kini dan point of view masing-masing tokoh. Semua bab dalam buku cukup padat isi bukan sekadar narasi tanpa makna. Aku sampai berpikir, betapa luas semesta berpikir Intan hingga banyak hal dia masukkan dalam cerita namun tidak membuat pembaca muntah. Semua bisa dicerna dengan sangat baik dan nyaman hingga lembar terakhir buku. Ciri khas tulisan Intan yang aku suka, gelap namun terang benderang menyindir patriarki, cara manusia beragama, kasta dan tentu saja hal-hal yang menjadi standar masyarakat. Membaca buku ini seperti melihat realitas hari ini.

Nilailah Buku dari Covernya juga!

Satu hal lagi yang menarik adalah cover buku yang bagus sekali. Ilustratornya Wulang Sunu. Baru kali ini aku baca buku tapi terus membolak balik melihat dan memaknai sampulnya. Memvalidasi setiap bab/tokoh dan keterkaitannya. Beruntungnya aku kebagian postcard dengan gambar tokoh yang cukup ikonik serta simbol-simbolnya. Tokoh Hajjah Victoria, misalnya. Rebahan di atas meja bundar dengan jari mengapit rokok. Pembaca tentu akan ingat momen ketika Hajjah Victoria meramal ketiga cucunya. Bookmark Layla si kucing kesayangan Mutiara melengkapi keistimewaan buku ini.

Ini buku pertama yang aku nikmati pelan-pelan, saking tidak ingin lekas tamat, meski itu sangat mudah dilakukan. Entah sudah berapa kali aku harus mengulang pada bab sebelumnya lalu kembali ke bab kini, berulang lagi. Buku terbaik yang pernah aku baca!

Seorang Perempuan, Istri dan Ibu Purnawaktu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!