
Menstruasi Pasca Menopause, Jangan Remeh! Deteksi Dini Hingga Proses Biopsi
Sistem reproduksi perempuan itu kompleks sekali dari yang terlihat. Sistem reproduksi perempuan memungkinkan seorang perempuan untuk menstruasi, mengandung, melahirkan termasuk memenuhi kebutuhan biologis. Sejak perempuan mulai menstruasi, ia terbiasa dihadapkan dengan berbagai masalah seputar menstruasi. Pada tahap berikutnya, ketika dia mengandung dan melahirkan, persoalan lain menanti. Bahkan ketika masuk usia menopause, beberapa di antaranya masih mengalami menstruasi.
Mengutip Alodokter.com, menopause adalah berakhirnya siklus menstruasi secara alami yang biasanya terjadi saat wanita memasuki usia 45–55 tahun. Pendarahan atau menstruasi ketika memasuki masa menopause dianggap tidak normal karena mengindikasikan penyakit tertentu. Mulai dari yang dianggap ringan hingga keganasan. Aku akan bercerita pengalaman Ibuku pada saat mengalami pendarahan pasca menopause di awal tahun 2023 lalu.
Ibuku sudah memasuki usia menopause di tahun yang ke lima. Beberapa hari sebelum pendarahan, Ibuku sempat mengikuti Tour Ziarah Wali yang memakan waktu satu hari penuh dengan jadwal yang cukup padat. Asumsi Kami, anak-anaknya, mungkin karena Ibu kelelahan sehabis ikut tour. Kami menanyakan keluhan lain, selain pendarahan, mungkin ada rasa sakit perut atau kram. Ibu bilang tidak ada keluhan lain. Darah yang keluar pun tidak terlalu banyak sehingga tidak sering ganti pembalut. Di hari ke tiga menstruasi, darah yang keluar hanya bercak. Namun setelah mencari tahu dan baca beberapa artikel mengenai menstruasi pasca menopause, kekhawatiran Kami semakin jadi. Banyak yang bilang itu hal yang wajar dan akan hilang dengan sendirinya. Tetapi tetap saja, Kami ingin memastikan bahwa ibu kami baik-baik saja. Kami ingin Ibu diperiksa oleh dokter yang paham masalah ini.
Kami membawa Ibu melakukan screening ke Dokter Spesialis Kandungan (SpOG) yang terkenal dengan reputasi baiknya. Dokter itu bernama dr Desak Aryani yang berpraktik di RSUD Bangkalan. Dokter Desak melakukan pemeriksaan secara mendetail meliputi USG, cek vagina dan wawancara pasien. Hasil diagnosa saat itu penebalan dinding rahim. Namun dokter menyarankan biopsi untuk memastikan apakah itu jinak atau ganas serta tidak ada sel berbahaya lainnya di rahim.
Mendengar kata biopsi seketika membuat kami terkejut dan berkalang kalut. Padahal biopsi merupakan tindakan pengambilan sampel jaringan di rahim untuk kemudian dianalisa di laboratorium. Kami pun sepakat dan pada hari yang telah dijadwalkan, Ibu akhirnya menjalani proses biopsi.
Proses Pra Biopsi
Apakah proses biopsi bisa menggunakan BPJS? Bisa. Pada pemeriksaan awal di dokter kandungan, Kami menggunakan umum karena khawatir pelayanan tidak maksimal. Ternyata sama saja, bahkan perawat yang mendampingi dokter Desak yang menyarankan kami menggunakan BPJS. Kami diberikan surat rujukan ke IGD untuk tindakan biopsi. Pada hari yang dijadwalkan, kami datang ke IGD dan menyerahkan dokumen (surat rujukan, kartu BPJS, KTP) kepada petugas BPJS yang standby di depan IGD. Setelah administrasi selesai, kami diarahkan ke ruangan khusus ibu hamil. Di sana Ibu dicek tekanan darah dan diambil sampel darahnya kemudian diinfus. Setelah itu ibu dipindahkan lagi ke ruang bersalin, menunggu jadwal biopsi. Di ruang bersalin ini, penunggu pasien tidak boleh masuk. Makanan dan minuman hanya boleh dititipkan ke perawat yang berjaga.
Cukup lama kami menunggu, sekitar 4-5 jam ibu baru ditindak dan dipindahkan ke kamar rawat inap. Padahal proses biopsinya, menurut Ibu, sangat cepat sekali. Bisa dimengerti karena cukup banyak ibu hamil atau pasien yang akan dikuret. Penunggu sampai berjubel di depan ruang bersalin. Selama menunggu, ada berita bahagia dan duka yang kami dengar. Tentu kami berharap ibu keluar dari ruang bersalin dengan kondisi baik-baik saja. Sama halnya dengan mereka yang menunggu istri/anak/ibunya.
Di kamar rawat inap, ibu ditempatkan bersama pasien bersalin lainnya. Kondisi ibu saat itu, alhamdulillah baik. Pasca biopsi, tidak ada pendarahan atau keluhan lain. Ibu hanya merasa pusing, dan kata perawat itu normal karena efek obat bius. Hanya semalam ibu dirawat inap dan kondisinya stabil sehingga keesokan harinya sudah bisa pulang. Tentu saja dibekali dengan beberapa obat-obatan selama rawat jalan. Semua tindakan biopsi hingga rawat inap dicover seluruhnya oleh BPJS, tidak ada biaya tambahan yang kami keluarkan dari dana pribadi.
Pasca Biopsi
Sebelum pulang, perawat memberikan beberapa dokumen untuk kontrol ke dr. Desak. Kami juga diminta menunggu hasil laboratorium selesai karena membutuhkan proses kurang lebih 1-2 minggu. Seminggu kemudian, Pihak Lab RSUD Bangkalan menelpon dan mengabarkan bahwa hasil lab sudah keluar. Kami pun bergegas ke RSUD Bangkalan, ingin segera tahu hasil biopsi Ibu. Setelah mendaftar online di aplikasi Syamrabu Mobile dan dapat nomor antrian awal, Kami langsung ke bagian Lab. Di sana Kami diberikan dokumen hasil biopsi lalu kemudian berlanjut ke dokter Desak.
Dokter Desak melakukan pengecekan USG dan menjelaskan hasil Lab. Pada intinya, hasil biopsi Ibu tidak ditemukan sel abnormal atau tidak ada sel ganas. Alhamdulillah. Namun dokter mewanti-wanti jika ada pendarahan lagi atau keputihan abnormal harus segera cek ke dokter kandungan. Jelas, pendarahan atau keputihan di masa menopause itu tidak wajar dan cara terbaik adalah memeriksakannya.
Buat pembaca tulisan ini, jangan ragu ya untuk bertanya siklus menstruasi ibu/saudara/teman yang sudah memasuki usia menopause. Jika dapat dideteksi sejak dini, kita bisa bergerak cepat untuk tindakan apa yang harus dilakukan.

