pantai batu bengkung
Cerita Embuk

Pantai Batu Bengkung – Romantisme Pantai Selatan Malang

Bentang garis pantai, pasir putih, debur ombak, langit dan seseorang yang menemani kita menikmati semua itu. Apa yang bisa dinikmati ketika memutuskan berlibur ke pantai? Panoramanya! Bentang garis pantai, pasir putih, debur ombak, langit dan seseorang yang menemani kita menikmati semua itu. Setuju?

Ada banyak pilihan tempat wisata ketika memutuskan berlibur ke kota Malang. Mau wisata alam, sejarah, kuliner, taman bermain atau sekadar menikmati rumah warna-warni. Namun saking banyaknya pilihan, justru membuat bingung. Tempat wisata mana yang seharusnya didatangi? Apalagi saya dari luar kota Malang, tentu waktu liburan di kota ini haruslah berkesan.

Dan pagi itu, tanpa perencanaan alias dadakan Dia mengajakku ke pantai Batu Bengkung. Sebelumnya, Ia sempat menyinggung tentang keindahan pantai ini. Tetapi karena lokasi yang cukup jauh, sekitar 2 jam (64,2 km) dari pusat kota, kami memilih alternatif wisata yang lain. Bisa dipahami sih alasannya. Jarak tempuh yang cukup jauh dan kami hanya bersepeda motor.

Pantai Batu Bengkung berada di Jalur Lintas Selatan, Gajahrejo, Gedangan, Malang, Jawa Timur. Berlibur ke Pantai Batu Bengkung adalah pengalaman pertama menjajal keindahan pantai di bagian selatan pulau Jawa. Perjalanan menuju lokasi terbilang lama dan melelahkan, namun sepanjang perjalanan ada banyak objek yang menyajikan keindahan. Cukup sayang jika dilewatkan.

Sesampainya di Jalur Lintas Selatan, sepanjang jalur ada beberapa pilihan wisata pantai. Seperti Pantai Karang Tengkorak, Bajulmati, lengguk, dsb. Masing-masing memiliki spot dan keunikannya tersendiri.

Sebelum ke pantai Batu Bengkung, kami sempat mengitari beberapa pantai di sekitarnya. Kami pun mampir sejenak di Tempat Pelelangan Ikan di Sendang Biru, membeli sekilo cumi segar dengan harga yang lumayan murah. Setelahnya, kami sepenuhnya menghabiskan siang dan sore di pantai Batu Bengkung.

Bentang garis pantai yang membiru, pasir putih, debur ombak besar dan langit yang sedang cerah, membayar lelah kami selama perjalanan. Ah, saya tepatnya karena Dia sudah terbiasa menikmati pantai-pantai di daerah ini. Sensasi kurang piknik saya segera terpenuhi ketika menikmati suguhan alam ini. Ketika kaki telanjang menyentuh pasir dan air laut, ketika telinga disambut debur ombak, dan ketika wajah disapa angin dan panas matahari.

Sensasi itu tak mau saya lewati begitu saja. Semua direkam dalam jepretan kamera. Belum cukup puas menikmati, kami menjelajahi gugusan karang dan laguna yang berada di sisi kiri pantai. Tidak disarankan jika kondisi pantai sedang berombak besar dan licin. Dan pastikan untuk selalu awas dan mengutamakan keselamatan.

Suasana pantai masih cukup asri dan nyaman, minim sampah yang berseliweran tidak pada tempatnya. Pun tidak terlalu ramai pengunjung (meski di hari minggu), terlihat hanya beberapa keluarga dan sepasang lainnya. Soal fasilitas, memang masih butuh ditingkatkan. Toilet, tempat parkir, tempat pembuangan sampah, tempat makan (harga masih standard) tersedia cukup baik. Belum ada pengawas pantai (atau sebenarnya ada, hanya saat saya di sana tidak terlihat), dan penginapan.

Sebetulnya, liburan di pantai kami biasa aja. Cuma duduk di gazebo kecil yang diteduhi pohon, memesan es kelapa dan makanan, terlibat percakapan remeh temeh. Selebihnya kami sibuk menikmati apa yang tersaji di depan mata, suguhan alam yang luar biasa indahnya. 

Ah, saking asiknya menikmati pantai Batu Bengkung, kami nyaris lupa mengambil foto bersama, berdua. Selagi kamera di tangan, kami membuat potret bersama, mengabadikan momen berlibur kami di sana.

Malang, Februari 2019

Seorang Perempuan, Istri dan Ibu Purnawaktu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!