
Bersenang-senang dengan Aroma dan Tumpukan Buku di Festival Patjarmerah Surabaya
Sebagai perempuan yang suka membaca sejak kecil, obsesiku tehadap buku bacaan teramat besar. Apalagi mengalami susahnya mendapatkan buku bacaan semasa kecil. Punya buku tentu adalah hal yang istimewa. Kenapa begitu terobsesi dengan buku? Karena dari buku bacaanlah aku menemukan apa yang ingin aku lakukan dalam hidupku. Buku membukakan banyak pengetahuan dan kesempatanku untuk keluar dari “cangkang”ku. Setidaknya hal itu yang ingin aku lakukan untuk anakku, bahkan ketika dia masih di dalam perut. Memberikan akses seluas-luasnya untuk mendapatkan buku bacaan.
Beruntung aku punya pasangan yang selalu mendukungku pada hobi ini, sebab ia pun juga menyukai kata-kata. Ketika Patjarmerah mengumumkan akan digelar di Surabaya, sontak aku memberitahunya dan Ia langsung setuju untuk mengunjunginya. Senang? Tentu saja! Saat masih tinggal di Jakarta, aku kerap mengunjungi beberapa festival sastra dan pameran buku. Kunjungan kali ini tentu semacam mengembalikan kenangan menyenangkan saat bertemu tumpukan buku dan menyapa aromanya yang khas. Alhamdulillah, kali ini dapat pergi bersama, tak hanya bersama suami tetapi juga bayiku.
Minggu di penghujung Oktober 2022, kami bertiga melintasi jembatan Suramadu dengan sepeda motor. Berbekal Google Maps dan kerjasama yang baik antara pembaca peta dan pengemudi, Kami sampai juga di AJBS Creative World. Ya, di kawasan inilah Pajtarmerah sedang menggelar festival selama dua pekan. Ada begitu banyak agenda festival yang menarik dan “berisi”, sayangnya kali ini baru berkesempatan datang ke pameran bukunya saja. Berharap pada kesempatan berikutnya, bersama tim kecil ini bisa mengikuti berbagai sesinya.
Setibanya di area pameran, rupanya bukan hanya aku saja yang antusias ketika melihat tumpukan buku, anak kami juga! Baru juga masuk, dia langsung sibuk nunjuk sana-sini sama ayahnya. Ayahnya memang langsung ambil alih gendongan dan membiarkan aku hanyut dalam kegembiraan bertemu buku-buku dan menyapa aroma khasnya. Mereka juga asyik bersafari buku dari satu tumpukan, ke tumpukan lain.



Aku mencari buku-buku anak terbitan Litara Foundation karena pas liat daftar penerbit yang terlibat, ada namanya di sana. Buku-buku Litara banyak mengangkat kisah anak-anak nusantara sehingga terasa lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari. Ku pilih dua buku berjudul Lihat, Rambutku dan Memata untuk menambah koleksi perpustakaan mininya. Bagaimana denganku? Sejujurnya ketika ke sana tak punya gambaran ingin membeli buku apa, ya sebagaimana biasanya ketika mengunjungi pameran buku. Muter-muter saja, menikmati berbagai cover buku dan sinopsis yang menarik. Pameran macam ini selalu memberikan kejutan, kira-kira buku apa yang bakal aku pilih. Hasilnya, selalu genre yang berbeda dari yang biasa aku beli dan itu mengesankan, setidaknya aku berani mencoba bacaan baru.
Hampir sejam muter-muter, nyari yang cocok akhirnya ketemu juga! Aku memutuskan meminang buku Potret Keluarga karya Reda Gaudiamo. Buku ini memang kalah populer daripada seri Nawilla (aku belum baca) tetapi membaca sinopsisnya aku tak ragu sama sekali. Si Ayah juga membawa satu buku yang ia yakini akan dibaca, Kamus Bahasa Jepang. Aku sempat bertanya, lebih dari sekali (hehe), yakin kamu baca? Karena sebenarnya tipe buku bacaannya mirip denganku. Ia memantapkan jawabannya, iya sembari beralasan karena sering nonton anime. Baiklah.
Siang itu, masing-masing dari tim kecil ini membawa pulang buku pilihannya (tentu kecuali anak kami, yang dipilihkan). Sampai jumpa di festival buku berikutnya!

