Buku Berbeda Itu Tak Apa: Mengenalkan Perbedaan Sejak Dini Pada Anak
Terlahir sebagai anak yang mewarisi darah Suku Madura dan memiliki kulit sawo matang memang membuatku menjadi sangat berbeda dengan teman-temanku kala saat itu merantau di Ibu Kota. Sering sekali menerima komentar tentang warna kulit atau perawakanku. Body shamming kemudian menjadi hal biasa bagiku karena terlalu sering dikomentari mengenai fisikku. Apakah aku malu? Tentu tidak, aku menerima diriku dan mencintai keberbedaan diriku. Berbeda itu istimewa. Apa jadinya jika manusia diciptakan sama semuanya? Berbeda itu tak apa!
Setelah anakku lahir dan bertumbuh, aku mencintai apapun yang melekat pada dirinya. Hal yang ingin aku lakukan untuknya adalah ia pun mencintai dirinya, meski nantinya banyak yang bilang dia berbeda. Dengan demikian, ia juga tak pernah mempermasalahkan perbedaan yang ada di sekitarnya. Buku Berbeda Itu Tak Apa menjadi media yang memudahkan aku mengenalkan keberagaman itu padanya.
Berbeda Itu Tak Apa bercerita tentang seorang anak bernama Xylo yang sejak kecil oleh orang tuanya dikenalkan berbagai perbedaan. Di mulai dari cerita saat Xylo lahir, dia tidak menangis seperti kebanyakan bayi yang baru lahir. Di saat yang sama, ada 350.000 bayi yang lahir di berbagai belahan dunia. Bayi-bayi itu terlahir dengan keunikannya masing-masing. Ada yang berkulit gelap-sawo matang-kuning langsat, mata sipit-lebar-bulat, rambut ikal-lurus-bergelombang. Macam-macam sekali keunikan bayi-bayi itu.
Seiring pertambahan usia, fisik mereka pun berubah. Setiap anak bertumbuh dengan cara yang berbeda. Ada yang bertambah tinggi atau gemuk badannya. Ada pula yang rambutnya bertambah panjang atau tebal. Bahkan keunikan lain seperti warna bola mata yang berbeda tidak membuat mereka aneh tetapi justru istimewa.
Belajar Mencintai Diri Sendiri
Bagaimana bisa menghargai perbedaan, jika perbedaan pada diri sendiri tidak diakui? Nah, sang penulis Annisa Steviani cerdas sekali membuka kisah tokoh Xylo dengan narasi dirinya yang memiliki keunikan saat lahir. Beruntung Xylo memiliki orang tua, Appa dan Ibu yang memberinya pemahaman bahwa ada ribuan bayi yang lahir dengan banyak sekali perbedaan. Sempat kepikiran karena Xylo memanggil ayahnya dengan Appa (familiar panggilan ayah di Korea Selatan) artinya ada percampuran dua budaya dan gen yang berbeda. Mungkin hal ini yang membuat orang tua Xylo perlu mengenalkan perbedaan sejak ia kecil.
“Manusia itu berbeda-beda, tapi berbeda itu tak apa”. Kalimat afirmatif yang mampu menumbuhkan kesadaran anak-anak tentang penerimaan diri sehingga anak dapat mencintai dirinya.
Baca juga Belajar Mencintai Semesta Melalui Buku Ini Pohon Kita – Little Quokka
Bagiku, penerimaan diri adalah proses mengenal perbedaan yang paling mendasar. Sebelum anak belajar lebih jauh mengenal perbedaan di sekitarnya, ia harus lebih dulu tahu kenapa ia berbeda, tidak persis seperti ibu atau ayahnya. Tentu diimbangi dengan pemahaman yang tepat, seperti yang dilakukan Appa dan Ibu Xylo.
Keberagaman itu Istimewa
Little Quokka memang ahlinya urusan tema menarik untuk buku anak. Termasuk mengangkat tema keberagaman dari perspektif seorang anak. Buku ini tidak hanya mengenalkan perbedaan fisik tetapi juga apa yang melatar belakangi perbedaan itu. Salah satunya karena keberagaman suku. Ada beberapa suku yang memiliki ciri khas sehingga menjadikannya itu unik. Pun dengan anak-anak berkebutuhan khusus, mereka sama istimewanya.
“Karena semua manusia memang berbeda, tapi kalau saling menghormati, dunia akan menjadi lebih tenang dan nyaman.”
Buku ini seperti merangkul anak-anak yang selalu didiskriminasi karena dianggap berbeda. Padahal sejatinya manusia memang diciptakan berbeda oleh Tuhan. Sayangnya kesadaran itu tidak dimiliki oleh semua orang. Dari buku ini anak, juga orang tua juga dapat belajar berempati dan bertoleransi.
Satu Komentar
Ping Balik: