
Mati Perlahan di Rasamu
Bagaimana aku harus mencintaimu, jika rasa yang kuungkapkan lewat kata dianggap retorika
Atau kalimat-kalimat yang ku reka menjadi prosa yang tak bersuara
Haruskah semua rasa cukup dirasa? Tabu dikata
Jika yang kamu maksud adalah sikap raga
Maka tiada makna apa yang ditulis pujangga
Majnun atas Laila lantas menggila
Kahlil Gibran dengan semesta katanya
Wiji Thukul dan sajak perlawanannya pada penguasa
Atau ayat-ayat yang penuh pesan rasa
Bagaimana aku harus mencintaimu, jika sikap raga yang ku pilih atas logikamu menjadi simpul yang mengikat
Menjerat leher kita masing-masing
Agar tatap agar saling terlihat
Agar merasa, mencecap, melihat, mendengar, membaui yang sama
Dan pada akhirnya, kita sesak
Tersengal, saling berebut helaan napas
Karena jarak kita sudah terlalu dekat, hanya tinggal setarikan napas
Tak ada pilihan, kecuali keputusan
Aku yang mati karena rasa
Dan Kamu yang tetap hidup karena berlogika
n

