sastra madura
Buku Lawas,  Rak Buku

Sastra Madura Modern: Cerkan dan Puisi – Review Buku Lawas

Menemukan buku lawas yang berkaitan dengan identitasku sebagai orang Madura seperti menemukan harta karun. Bagaimana tidak, buku-buku tersebut sudah tidak pernah dicetak ulang. Beberapa di antaranya memang tidak diperjualbelikan. Hanya untuk kalangan tertentu dan aksesnya terbatas pada perpustakaan nasional/daerah. Tentu sulit sekali menemukannya di toko buku. Bahkan di toko bekas sekalipun. Kondisinya yang langka pun kerap membuat harganya cukup tinggi dan tidak masuk akal di kantong saya. Keinginan untuk “memulangkan” buku-buku itu ke tanah lahirnya pun terkendala. Beruntung sekali akhirnya menemukan buku yang bisa dipulangkan. Salah satunya buku ini, Sastra Madura Modern: Cerkan dan Puisi.

Buku Sastra Madura Modern: Cerkan dan Puisi ini merupakan naskah laporan penelitian yang diterbitkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa pada tahun 1981. Penelitian ini berusaha menginventarisasi dan mengklasifikasi sastra Madura agar tercatat dan tidak punah. Buku ini disusun oleh tim peneliti dari Fakultas Keguruan Sastra dan Seni, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surabaya (sekarang Universitas Negeri Surabaya). Buku ini membahas tentang eksistensi kesusastraan Madura. Mulai dari penggunaan bahasa baku, periode kesusastraan, inventarisasi dan klasifikasi data, hingga lampiran karya sastra.

Pada periode kesusastraan Madura, peneliti membagi menjadi tiga periode.

Periode pertama, sastra Madura lama sampai dengan tahun 1920-an. Pada periode ini banyak peneliti dan penulis asing yang menulis sastra Madura lama dan pelajaran bahasa Madura. Seperti dalam buku Een Madoereesch Minnedicht karya ahli linguistik A.A Fokker.

Periode ke dua, sastra Madura baru yaitu era 1920-1945. Era sastra Madura baru pengarang madura mulai dikenal. Salah satunya adalah M Wirjo Wijoto dengan karyanya berjudul Maesak Apa Marosak (1927). Selain itu karya terjemahan pun mulai masuk seperti Lanjteng Glempeng, terjemahan bahasa Belanda karya C.J Kieviet (1923).

Periode ke tiga, sastra Madura modern yaitu era 1945-1977. Periode ini peneliti maupun pengarang didominasi oleh orang Madura atau orang Indonesia yang memiliki minat terhadap bahasa Madura. Pada sastra Madura modern terdapat cerkan (cerita rekaan) dan puisi.

Baca juga Buku Madu Untuk Raden Sagara: Mengenal Asal Usul Pulau Madura Melalui Kasih Ibu

Membaca buku ini membuka banyak hal tentang kesusastraan Madura di masa lalu. Karya sastra kala itu dapat dinikmati pada media yang sangat terbatas, majalah, koran dan buku pelajaran. Seperti Majalah Medan Bahasa, majalah Anak-anak Kuncup, majalah Gelora Pelita, Muntjar dan Mingguan Harapan. Bahkan di Pulau Madura-nya pun ada majalah/koran yang menerbitkan karya sastra seperti Tjolok, Sumenep Expres, dan Nanggala.

Berikut salah satu lampiran puisi karya Suntari Pr. yang pernah diterbitakn oleh Medan Bahasa: Bahasa Madura pada tahun 1959

Pesenna Ebu

Kanna’ Na’ mara da’ anna’
Kerrong engko’ da’ gella’ ban tangessa ba’na
Da’ kamellerran ban da’ gadja’ na

Ban da’ sakabbina
Da’ se sossa ban se bunga
Mara tompa’ agi kabbi
Nembang, arengreng sasoka atena

Ebu gi re-sarejan
Njonggi njolam bagus katengal
Tjamporan mlate, mawar ban parfum

Kanna’ na’ kanna’
Roma radja mara esse’e
Mara rabadi arang-bareng
Radja moldja tentrem marem

Seorang Perempuan, Istri dan Ibu Purnawaktu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!