tubuh perempuan
Cerita Embuk

Tentang Tubuh Perempuan yang Tak Pernah Usai Diperbincangkan

Apa yang melekat atas diri kita, tubuh, pikiran dan atributnya selalu melibatkan orang lain. Meski sebatas persepsi atau opini. Tetapi orang lain selalu merasa perlu “terlibat” untuk mengomentari, memberikan pendapat, koreksi hingga apresiasi atas tubuh kita. Sejak dulu, tubuh perempuan memang tak pernah selesai untuk diperbincangkan. Ia selalu menjadi topik yang yang menarik untuk dikaji hingga menjadi “komoditas” bagi pasar kecantikan.

Ingatan paling utuh tentang tubuh dan kesadaran bahwa aku seorang perempuan dengan segala atributnya adalah ketika masih sekolah dasar. Kala itu, secara tidak langsung aku mendobrak konsep perempuan dengan citra cantiknya. Secara fisik perempuan cantik dideskripsikan berambut panjang, kulit putih bersih, wangi. Secara atribut, identik sekali dengan warna pink, memakai rok dan sepatu teplek berpita atau motif bunga. Secara perilaku, perempuan cantik dituntut agar memiliki tatakrama yang bagus. Mulai dari caranya berbicara, makan, tertawa hingga pilihan hidupnya. Konsep cantik yang demikian ternyata tak lekang waktu, hingga aku dewasa pun aku selalu dihadapkan pada hal tersebut. Sungguh itu memuakkan.

Feminisme yang membebaskan dan menguatkan peran perempuan

tubuh perempuan
Image source: Freepik

Feminisme adalah sebuah paham dan gerakan yang memperjuangkan kesetaraan bagi perempuan dalam politik, pendidikan, ekonomi, budaya, ruang pribadi dan ruang publik. Di Indonesia istilah ini mulai populer sekaligus menjadi kontroversi. Populer karena dianggap memberikan kesempatan kemerdekaan bagi tubuh dan pilihan hidup perempuan. Kontroversi karena banyak yang menganggap feminisme adalah paham yang membenci laki-laki dan perempuan ingin lebih unggul dari laki-laki. Sering ditemui pula, perempuan yang menganut paham ini dianggap radikal.

Aku sendiri mulai mengenal istilah ini ketika membaca buku-buku karya penulis Okky Madasari, Oka Rusmini, dan beberapa sastrawan perempuan lainnya. Dalam bukunya, mereka kerap menyuarakan hak-hak perempuan yang kerap kali dinomorduakan dengan alasan gendernya. Perempuan seolah tak punya pilihan tetapi dihadapkan pada sebuah keputusan yang harus diikutinya. Tokoh perempuan dalam kisah mereka tak selalu digambarkan dengan fisik yang sempurna atau sesuai standar tetapi memiliki karakter yang kuat. Bukan cerita yang hanya menyajikan kisah romantis, tetapi permasalahan sederhana seputar perempuan. Dan sungguh, itu sangat dekat dengan kehidupan perempuan.

Alih-alih menganggap feminisme paham radikal, seperti yang diyakini banyak orang, bagiku feminisme justru memberikan kesempatan lebih luas kepada perempuan. Bahwa meski kamu bukan perempuan “cantik”, kamu juga berhak mendapatkan kesempatan yang setara. Kamu hanya perlu percaya pada dirimu, tubuh dan jiwamu. Sejak kamu diciptakan oleh Tuhan, Ia sudah menyempurnakan dirimu sebagai manusia, sebagai seorang perempuan. Tak perlu validasi orang lain. Penerimaan dirimu atas dirimu sendiri adalah yang paling penting. Bukan penerimaan orang lain atasmu.

Seorang Perempuan, Istri dan Ibu Purnawaktu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!