Muslimah yang Diperdebatkan
Novel/lainnya,  Rak Buku

Review Buku Muslimah yang Diperdebatkan: Cara Kalis Mardiasih Merangkul Perempuan Muslim dengan Stigma Negatif

Setiap dari kita memang berhak memiliki pendapat atau opini tentang orang lain. Tak terkecuali tentang perempuan, yang sejak keberadaannya memang tak pernah henti dibicarakan. Menjadi seorang perempuan, muslim, dan tinggal di Indonesia, maka kamu akan mulai terbiasa dituntut dan dibicarakan berdasarkan apa yang melekat atas mu. Bahkan itu akan di mulai sedari kamu kecil, remaja, dewasa hingga tua pun.

Buku karya esais Kalis Mardiasih, Muslimah yang Diperdebatkan memberikan banyak kesempatan bagi suara-suara perempuan muslim yang selama ini lekat dengan stigma negatif. Buku ini mencatat pengalaman perempuan tentang tubuh, pemikiran, dan kemanusiaan. Dalam prolognya, Kalis menyampaikan bahwa buku ini merupakan upaya memberikan dukungan kepada suara perempuan yang sering kali gagal didengar. Hukum halal haram selalu dijatuhkan lebih awal dibandingkan aspirasi dan pengalamannya.

Buku ini menyajikan 26 bab atau esai tentang pengalaman perempuan yang terasa dekat sekali dengan pengalaman pembacanya. Pembaca akan menemukan banyak keterkaitan dan keterikatan dengan pengalaman yang sering ditemui di kehidupan sehari-hari. Baik oleh pembaca sendiri, keluarga, teman, atau orang lain.

“Kerudung di negeriku memerdekakan pikiran, gerak badan, tangan dan suara”

Pada bab yang membahas perihal jilbab/hijab/kerudung, setidaknya Kalis menulis dalam 5 bab. Mengapa? Karena ada banyak cerita dengan latar belakang yang berbeda. Sampai saat ini pun kebebasan perempuan muslim untuk berhijab selalu menjadi perdebatan. Seorang muslimah yang tidak berhijab dinilai tidak mengikuti syariat agama. Di sisi lain, yang sudah berhijab pun memiliki aturan yang sedemikan rupa. Misalnya harus berjilbab syar’i, panjang atau pendeknya. Hijab seolah-olah menjadi simbol kesalihan perempuan atas Tuhannya.

Ia lugas membeberkan permasalahan, kontroversi dan fenomenanya. Kalis pun menyinggung kapitalisme hijab. Di mana para pebisnis busana muslim menggunakan peluang ini untuk menarik keuntungan dengan sertifikasi halal MUI (Majelis Ulama Indonesia) pada produknya. Kenyataannya memang demikian, bukan? Bahkan saat ini kamu akan dengan mudah menemui produk kecantikan yang ikut-ikutan menggunakan label halal untuk menarik konsumen muslim.

Selain bahasan hijab, Kalis juga menulis tentang sistem patriarki berbalut agama yang banyak melemahkan peran perempuan. Gagasannya adalah kesetaraan. Lebih jauh lagi, kalis mempertanyakan mengapa perempuan selalu salah? Mengapa ia tak boleh bicara? Mengapa perempuan harus menjadi pihak yang paling ikhlas, paling sabar dan paling tak boleh melawan?

Utamanya dalam menentukan pilihan atas hidupnya. Keputusan untuk dipoligami atau dinikahkan saat usia muda (belum cukup umur). Menurutnya, menggunakan tubuh sebagai aset adalah wujud dari ketidakberdayaan yang disebabkan oleh fungsi sosial dalam keluarga dan masyarakat yang tidak setara. Ia menekankan pentingnya perspektif keadilan gender.

“Islam Indonesia bisa mewujudkan Indonesia sebagai rumah bersama yang nyaman ditinggali karena bersama-sama kita bekerja membangun segala urusannya.”

Buku Muslimah yang Diperdebatkan adalah salah satu buku yang perlu kamu baca untuk memperluas perspektifmu tentang dunia perempuan muslim. Apalagi di Indonesia, perempuan muslim itu bukan hanya mereka berhijab saja. Sayangnya mereka yang tidak berhijab kerap didiskriminasi dan dipertanyakan keislamannya. Membaca buku ini seperti sedang berbicara dengan sahabat baik. Dia mau mendengarkanmu, menerima semua yang kamu keluhkan, lalu merangkulmu.

Seorang Perempuan, Istri dan Ibu Purnawaktu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!