shelter kopi bromo
Cerita Embuk

Menikmati Suguhan Alam dan Seduhan Kopi Bromo Tengger di Shelter Kopi Bromo

Masa pandemi, masa yang cukup berat kami hadapi. Ruang gerak dan bersosialisasi dibatasi. Sejak perusahaan memutuskan untuk mempekerjakan karyawan dari rumah, sudah lima bulan aku bekerja dan beraktivitas di tempat tinggal. Rasa bosan sampai sudah tidak terasa lagi karena mulai terbiasa dengan kondisi ini. Bangun tidur, makan, bekerja, istirahat di tempat yang sama. Yang ditemui gadget; ponsel dan laptop. Nyaris tanpa interaksi sosial. Aku mencoba dan menekuni hobi baru demi menjaga kewarasan.

Lalu suatu pagi di bulan ke lima kami WFH, suami mengajak keluar untuk ngopi. Tentu bukan kedai kopi di tempat kami tinggal, sebab yang kami tahu masih cukup berisiko karena masih sedikit yang taat protokol kesehatan. Pertimbangan kami yang paling utama adalah kedai kopi yang bisa meminimalisir risiko tersebut.

Kami menjauhi riuh kota, menuju kawasan yang lebih lengang kendaraan, pepohonan di kanan kiri jalan dan udara yang teramat segar. Kami menuju Shelter Kopi Bromo, kedai kopi yang berada di lereng gunung Bromo atau tepatnya di Dusun 2, Sapikerep, Sukapura, Probolinggo.

Satu hal yang langsung menarik perhatian dari tempat ini adalah konsep terbuka dan bangunannya yang unik. Nampak kontras dengan sekelilingnya. Hal menarik lainnya adalah reuse atau penggunaan kembali material seperti kaleng cat, papan kayu sebagai meja dan kursi. Bagi mereka yang suka berswafoto, kedai kopi yang satu ini adalah spot terbaik. Dengan latar lereng gunung, pepohonan, tanaman dan tentu saja bangunan kedai yang unik.

Kopi Bromo dan Kolaborasi Produk Lokal

Yang menjadikan tempat ini khas dan layak dikunjungi tidak hanya pada pada suguhan alam sekitarnya. Tetapi juga pada menu utama, Kopi Bromo Tengger! Ini pertama kalinya aku mencoba kopi bromo tengger yang dibudidayakan langsung di Desa Sapi Kerep. Bagi kurang suka ngopi, ada pilihan wedang, teh rempah yang juga ga kalah enak.

Kami juga sempat mencicipi penganan seperti onde-onde, tahu isi, dan risoles. Penganan ini dibuat oleh warga yang tinggal tak jauh dari kedai kopi. Salut, pemilik kedai memberi kesempatan produk lokal turut menjadi bagian darinya. Saling kolaborasi.

Saat kopi pesanan kami tiba, kami tahu bermain-main dengan gadget di tempat ini adalah tiada guna. Sinyal operator nyaris tak ada sebaris. Setelah puas mengambil foto, gadget dikembalikan lagi ke dalam tas. Berikutnya aku dan suami lebih leluasa berbincang tanpa interupsi bunyi pesan masuk. Sesekali menikmati seruput kopi dan kunyahan onde-onde yang lembut.

Seorang Perempuan, Istri dan Ibu Purnawaktu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!