Mlaku-mlaku Nang Tunjungan: Eksplorasi Kota dan Rasa di Surabaya
Hampir tiga tahun bekerja di kantor cabang Surabaya, akhirnya punya kesempatan untuk jalan-jalan di pusat kotanya. Ya, di Jalan Tunjungan yang populer nan ikonik itu. Sekaligus menjajal dua transportasi umumnya, Feeder Wira Wiri dan Bus Suroboyo. Berawal dari Terminal Bratang, kami naik angkot modern Wira Wiri yang fasilitasnya cukup nyaman dan bersih. Ada AC, layar tv yang menginformasikan halte berikutnya, dan sistem pembayaran cashless (Qris, E-money). Penumpang hanya perlu membayar 5k/umum, 2.5k/pelajar dan gratis untuk lansia. Tiket berlaku selama kurun waktu dua jam, dan dapat digunakan juga untuk naik Bus Suroboyo. Ada petugas, semacam kondektur yang cukup informatif saat kita tanya rute ke Jalan Tunjungan.
Di Halte Siola kami turun, berjalan kaki menyusuri pedestrian Jalan Tunjungan. Menikmati aneka bangunan tua dengan gaya arsitektur khas Belanda. Kawasan ini mengingatkanku pada area Kota Tua Jakarta yang syarat bangunan tua bersejarah dan tentu saja ikonik. Di sepanjang pedesterian, dirimbuni pepohonan sehingga cukup nyaman buat jalan kaki dan banyak sekali kedai/cafe dengan konsep yang anti-mainstream. Di kawasan ini kami melipir sebentar ke Pasar Tunjungan, bekas pasar yang lokasinya berada di seberang Mall Tunjungan Plaza. Makan siang di salah satu kedai ramen.
Gang Ketandan
Puas menyusuri Jalan Tunjungan, ada satu tempat yang gak boleh dilewatkan begitu saja. Gang Ketandan, namanya. Lokasinya masih di Jalan Tunjungan. Ada marka atau plang untuk memudahkanmu menemukan tempat ini. Di gang kecil ini ada mural-mural cantik yang bisa jadi latar fotomu, rumah-rumah kuno, hingga aktivitas pengrajin batik shibori. Tepat di ujung gang sebelah kiri, ada RM Pusaka Bunda yang wajib banget kamu kunjungi. Ada Soto Banjar yang super enak dan harganya masih ramah di kantong.