Senjakala Kapal Joko Tole: Bertahan Arungi Pelabuhan Ujung – Kamal
Suasana pelabuhan penyebrangan Ujung nampak lengang. Tak ada hilir mudik kendaraan, atau penumpang yang mengantri membeli tiket. Pedagang kaki lima yang dulu menjamur di area pelabuhan, bahkan pedagang asongan yang menjajakan dagangan nyaris tak terlihat. Tidak ada hiruk-pikuk berarti kecuali segelintir petugas pelabuhan yang menunggu calon penumpang di bibir dermaga. Kapal feri Joko Tole yang berlabuh di dermaga pun nampak sepi, hanya beberapa kendaraan bermotor yang mengisi dek bawah kapal. Kursi-kursi penumpang di dek atas juga sama kosongnya.
Kapal feri Joko Tole menjadi saksi jalur penyeberangan ini dulu sempat menjadi primadona masyarakat Madura kala toron (pulang kampung) atau ongghe (pergi ke Pulau Jawa). Kini, hanya dua kapal yang tersisa dan setia melayani rute penyeberangan Selat Madura, KMP Tongkol dan KMP Joko Tole. Padahal dulu saat masih Berjaya, setidaknya ada 20 kapal yang beroperasi silih berganti. Sebelum hadirnya Jembatan Suramadu, kapal-kapal tersebut menjadi jembatan utama yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Madura.
Sore itu, kapal berlayar dengan jumlah penumpang yang tak seberapa. Tak ada video prosedur keselamatan penyeberangan yang dulu diputar begitu kapal berlayar. Hanya suara musik dangdut yang terdengar lamat-lamat di antara deru angin laut. Penumpang leluasa berpindah dari dek atas ke bawah atau sebaliknya. Seorang penjual minuman berkeliling menawarkan dagangannya, dari satu penumpang ke penumpang lain.
Baca Juga Berburu Buku Lawas dan Langka di Toko Buku Bekas Jalan Semarang Surabaya
Salah seorang penumpang nampak sibuk dengan kamera ponselnya, memotret dan sesekali membuat video. Pun Kami yang saat itu naik kapal hanya untuk bernostalgia dan mengenalkan moda transportasi laut ini kepada anak Kami. Namun rupanya Kami tidak sendiri, terlihat beberapa penumpang dengan tujuan wisata belaka.
Senjakala Kapal Joko Tole
Wajah baru pelabuhan penyebrangan Kamal-Ujung berubah sejak Jembatan Suramadu diresmikan pada 2009 silam. Sebelum Jembatan Suramadu dioperasikan, jumlah penumpang mencapai 15 ribu per hari. Setelah Jembatan Suramadu beroperasi, angka ini terus menyusut sehingga membuat Dermaga Timur ditutup dan hanya Dermaga Barat yang dibuka dengan dua kapal.
Meski demikian, pelabuhan ini masih menjadi alternatif bagi warga yang tinggal di sekitar daerah Kamal yang ingin ke Surabaya. Jarak tempuh yang cukup jauh ke Jembatan Suramadu menjadi alasannya. Sebagian lainnya ada yang menjadikan jalur penyebrangan ini sebagai objek wisata sekaligus nostalgia. Apalagi di kawasan pelabuhan Kamal mulai banyak kedai kopi berlatar pemandangan pelabuhan.
Nah, bagi kamu yang berencana menjajal naik kapal feri di jalur penyeberangan ini, pastikan untuk mengunduh aplikasi Ferizy atau official mobile application dari PT ASDP Indonesia Ferry. Aplikasi ini memudahkanmu untuk membeli tiket feri secara online. Setelah melakukan pembayaran, calon penumpang akan mendapatkan e-tiket yang nantinya akan ditukar dengan tiket fisik di pintu masuk pelabuhan. Tiket fisik ini nantinya yang akan digunakan untuk chek-in ke kapal. Kapal berangkat tiap satu jam sekali dari Pelabuhan Ujung dan Kamal, begitu pun sebaliknya.