keputihan saaat hamil
Cerita Embuk

Keputihan Saat Hamil yang Menakutkan dan Melelahkan

Keputihan atau cairan bening atau lendir kental yang keluar dari vagina memang bukan hal baru bagi perempuan. Mengutip Alodokter, keputihan merupakan cairan yang diproduksi kelenjar vagina dan leher rahim yang keluar membawa sel mati dan bakteri. Hal tersebut merupakan proses alami agar vagina tetap bersih sekaligus terlindung dari infeksi. Keputihan biasanya muncul menjelang menstruasi. Pengalaman keputihan dari normal hingga abnormal pernah aku alami. Baik itu saat masih lajang hingga menikah dan hamil. Mulai dari awal kehamilan, masa hamil hingga menjelang HPL (Hari Perkiraan Lahir).

Keputihan berawal di minggu pertama kehamilan, bahkan saat itu aku belum tahu kalau aku hamil. kala itu, keputihan yang aku alami lebih banyak dari biasanya. Warnanya masih bening, bau tidak menyengat namun sangat menganggu karena terasa gatal. Beberapa kali periksa dan diresepkan obat tidak membuahkan hasil. Obat terakhir yang aku beli di apotek saat itu merek Diflucan, obat antibiotik dan anti jamur. Harganya lumayan mahal, sekitar 130rban untuk satu pil. Beruntungnya, sebelum obat itu aku minum, aku sempat baca kegunaan dan efek samping obat ini. Salah satunya berisiko abortus (keguguran) pada ibu hamil. Aku jadi ragu untuk minum obat itu dan malah mencari tahu soal keputihan abnormal. Dari situlah aku dapat informasi bahwa keputihan berlebih bisa menjadi salah satu tanda kehamilan.

Kok bisa? Keputihan yang keluar ketika telat datang bulan terjadi karena adanya peningkatkan kadar hormon estrogen dan aliran darah ke vagina sehingga menghasilkan lendir. Pada ibu hamil, keputihan lebih sering terjadi akibat perubahan hormon. Berbekal informasi inilah aku memberanikan test urin. Satu tespack bergaris dua! Masih tidak percaya dengan hasilnya, aku coba dengan tespack yang ke dua. Alhamdulillah hasilnya sama, garis dua. Selain rasa syukur, yang terucap “ya Allah untung ga sampe minum itu obat.”

Keputihan yang menakutkan

Keputihan menjadi salah satu penanda awal kehamilan. Aku kira hanya di awal-awal saja dan akan hilang seiring bertambahnya usia kehamilan. Nyatanya, tidak demikian! Semakin bertambah usia kehamilan, keputihan yang aku alami semakin jadi. Tiap kali kontrol ke dokter kandungan, keluhan utamaku selalu sama, keputihan. Kehamilan pertamaku memang tidak terlalu sering mual muntah atau susah makan. Hanya keputihan yang sangat mengganggu dan membuatku gelisah sepanjang trimester pertama, ke dua dan ke tiga.

Bagaimana tidak, keputihan abnormal berisiko kelainan pada janin, ketuban pecah dini, kelahiran prematur, atau janin terlahir dengan berat badan rendah (BBLR). Ketakutan akan risiko ini menghantui selama masa kehamilan. Apalagi keputihan yang aku alami mulai berubah. Warnanya berubah menjadi kuning susu, lebih kental, gatal dan banyak. Aku sering berganti pantyliner, bersihin area vagina dengan air hangat untuk mengurangi gatal, menggunakan sabun khusus keputihan. Kala itu dokter tidak langsung meresepkan obat, dia hanya menyarankan mengubah pola hidup sehat dan bersih. Makan yang bergizi, pakai celana yang tidak ketat dan menyerap keringat, dsbnya. Semua sudah dilakukan tetapi tidak ada yang membuahkan hasil.

Baca Juga Operasi Caesar, Perjalanan Menjadi Seorang Ibu Lewat Ruang Operasi

Keputihan yang melelahkan

Sepanjang masa kehamilan, aku bergumul dengan rasa gak nyaman. Semua saran dokter aku lakuin, bahkan aku menyediakan kertas lakmus karena khawatir ketuban pecah dini. Padahal ketika USG ketubanku bagus dan tidak ada tanda-tanda mengkhawatirkan pada janinku.

Pada akhirnya, di pertengahan trimester ke dua dokter kandunganku melakukan tindakan. Ya, setelah beberapa minggu mengevaluasi masalahku. Aku lupa apa nama tindakannya, yang aku ingat saat itu si perawat membersihkan area vagina dengan cairan antibiotik. Bau cairan antibiotiknya sangat menyengat dan proses pembersihan itu sangat sakit dan perih. Serasa diubek-ubek. Setelah itu dokter meresepkan obat Flagystatin Ovula. Bentuk obatnya mirip peluru dengan cara penggunaan dimasukkan langsung ke dalam vagina, tidak diminum. Ada rasa yang kurang nyaman dan perih ketika obat itu bekerja. Setelah pemakaian, sekitar kurang lebih satu jam si obat ini akan mencair dan sisa obatnya akan keluar bersamaan dengan keputihan.

Obat ini harus dengan resep dokter ya karena tidak semua ibu hamil dengan masalah keputihan bisa diobati dengan ini. Bahkan ada yang mengatakan untuk trimester pertama tidak boleh menggunakan obat ini karena berisiko pada janin. Pada intinya, dokter kandungan tidak akan langsung memberikan obat-obatan untuk mengatasi masalah keputihan. Dokter akan menyarankan beberapa hal seperti yang aku ceritakan di atas. Karena pada beberapa kasus ada yang sembuh dengan sendirinya.

Penting banget bagi ibu hamil yang sedang mengalami masalah keputihan, deteksi sedini mungkin. Kenali perubahan warna, tekstur dan bau. Jika sudah sangat menggangu segera ya konsultasi dengan dokter agar cepat ditangani. Qadarullah, setelah melahirkan, semua keputihan itu hilang dengan sendirinya.

Seorang Perempuan, Istri dan Ibu Purnawaktu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!